Kamis, 17 Desember 2015

JALAN JALAN MENCARI ILMU



JALAN-JALAN MENCARI ILMU
H. Sufriadi Hasan Basri*
Setiap manusia tentu berusaha mencari ilmu, minimal ilmu yang diperlukannya untuk kehidupan sehari-hari. Allah swt sudah menjelaskan jalan-jalan mecari ilmu, dengan firmannya dalam surat an Nahl 78.
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (78) an Nahl
Dan Allah yg mengeluarkanmu dari perut ibumu dalam keadaan tidak keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Dalam ayat diatas Allah swt  menjelaskan bahwa Dial ah yang mengeluarkan (melahirkan) manusia dari perut ibunya, dalam keadaan bodoh tidak punya ilmu apapun. Pada waktu lahir tidak ada yang langsung pandai membaca, menulis, matematika, berbicara dan lain-lain. Menurut al Qur an hanya beberapa anak yang bisa bicara pada waktu bayi, seperti nabi Isa as, bayi dimasa nabi Yusuf as dan dalam hadits adalah bayi dimasa Juraij.
Kemudian Allah swt  menciptakan alat mencari ilmu yang pertama yaitu as sam’u = السَّمْعَ (pendengaran). Inilah organ tubuh yang pertama berfungsi. Kenapa anak kecil dibungkus (dibedong) pada waktu bayi? Karena dia sudah mulai mendengar, maka ditakutkan  dia menjadi orang yg mudah terkejut atau gugup karena hempasan pintu, suara yg keras, dll. Maka dengan pendengaran, anak itu mulai pandai mengucapkan mama, papa dan makin lama perbendaan bahasa nya bertambah, sehingga dia berbicara dan selanjutnya mendapatkan ilmu-ilmu lainnya. Karena pendengaran lah merupakan alat mencari ilmu pertama.
Orang yang tuli atau yg  tak bisa mendengar, biasanya akan bisu. Kenapa ? Karena  dari bayinya dia tidak bisa mendengar,  maka dia tidak punya perbendaharaan bahasa. Akibatnya dia tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain. Kalau seandainya cuma selaput suaranya yg tidak ada, dan dia bisa mendengar, tentu kita bisa berbicara  langsung dengannya tidak perlu  berbahasa isyarat. Mungkin cuma jawabannyalah yg  dengan bahasa isyarat. Maka jelaslah orang yang tuli dari bayi itu akan bisu. Walaupun orang yang bisu mungkin tidak semuanya tuli.
 Walaupun mata terbuka, tetapi bayi belum bisa lagi melihat. Buktinya kalau dipanggil namanya si bayi cuma diam saja, tidak ada reaksi apa-apa. Setelah berlangsung sekitar satu bulan, barulah penglihatannya (al abshar = وَالْأَبْصَارَ)  ber fungsi. Buktinya kalau namanya dipanggil, maka si bayi akan tersenyum
Dari kedua organ itu maka pendengaran lah yang lebih ber peran. Karena kalau kita mendengar tapi tak melihat kita masih bisa mengerti apa yang disampaikan umpamanya seperti mendengar radio. Kita masih bisa faham apa yg disampaikan radio. Tapi kalau cuma melihat tanpa mendengar, maka kita tidak akan mengerti. Buktinya kalau ada Tv bisu atau Tv yang di kecilkan suaranya, kita tidak akan mengerti apa yg ditayangkan. Tetapi kalau mendengar sambil melihat tentu kita akan lebih mudah mengerti. Itu sebabnya  para  guru disarankan mengajar menggunakan alat peraga, supaya muridnya lebh mudah dan lebih cepat faham.
Jalan mencari ilmu yang ketiga ialah hati (al af idah = وَالْأَفْئِدَةَ). Ini yang paling lambat berfungsinya, tapi paling penting untuk mencari ilmu. Hati atau perhatian lebih besar peranannya, walaupun lebih terakhir berfungsinya. Hati atau perhatian baru berfungsi kalau seorang manusia itu sudah ber umur 3 atau 4 tahun. Itu sebabnya kalau orang tuanya mengajak anak umur dua tahun jalan jalan ke Jakarta umpamanya dan kalau ditanya setelah besar apakah dia ingat waktu ke Monas, Taman Mini, dll, pasti dia menjawab tidak ingat. Karena hati atau perhatiannya pada waktu itu belum berfungsi dengan baik. Begitu juga orang yang mengelamun di depan rumahnya, pasti tidak akan tahu siapa yang tadi lewat, karena perhatiannya tidak ada waktu itu.


Maka hati adalah ibarat panglima yang mengatur semua anggota tubuh. Kalau hati mau, umpamanya seorang ibu yang tidak takut keluar rumah tengah malam, walaupun lampu mati, hujan lebat, tidak ada teman. Karena ingin mencari obat untuk anaknya yang sakit. Karena dia mau. Sebaliknya kalau hati  tidak mau (ke mesjid umpamanya) walaupun suara azannya sangat indah, rumahnya dekat dari mesjid, tapi dia tetap tidak akan melangkahkan kakinya, karena memang hatinya tidak mau.
Maka bertambah yakinlah kita dengan  firman Allah dalam al Qur an surat al A’raf  198
وَإِنْ تَدْعُوهُمْ إِلَى الْهُدَى لَا يَسْمَعُوا وَتَرَاهُمْ يَنْظُرُونَ إِلَيْكَ وَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ (198)al A’raf   
Dan jika kamu sekalian menyeru (berhala) untuk memberi petunjuk , niscaya berhala itu tidak akan mendengarnya. Dan kamu lihat berhala itu memandang kepadamu, pada hal dia tak bisa melihat.
Dan surat al Anfal 21.
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ قَالُوا سَمِعْنَا وَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ (21)al Anfal 
Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (manafik) yang berkata : Kami mendengarkan, pada hal mereka tidak mendengarkan.
Allah menjelaskan agar kita sebagai manusia tidak seperti berhala yang disembah orang kafir dan berhala itu tidak bisa mendengar dan tidak bisa melihat, walaupun matanya melotot. Allah juga mengingatkan kita ajar jangan seperti orang munafik yg katanya mendengar, pada hal mereka tidak mendengar.
Diakhir ayat Allah swt mengingatkan kita agar لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ . Agar kita senantiasa mensyukuri nikmat Allah yg sangat banyak , diantaranya nikmat yang tiga itu yaitu pendengaran, penglihatan dan hati nurani. Agar kita memanfaatkan nikmat nikmat itu untuk mentaati perintah Allah swt.
*Anggota Komisi Fatwa MUI Binjai, pengasuh Pesantren Kwala Madu, guru MA Aisyiyah Binjai dan guru SMA  Muhammadiyah 12 Binjai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar