JALAN-JALAN MENCARI ILMU
H. Sufriadi Hasan
Basri*
Setiap manusia tentu berusaha mencari ilmu, minimal ilmu
yang diperlukannya untuk kehidupan sehari-hari. Allah swt sudah menjelaskan
jalan-jalan mecari ilmu, dengan firmannya dalam surat an Nahl 78.
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ
أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ
وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (78) an Nahl
Dan Allah yg mengeluarkanmu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Dalam ayat diatas Allah swt
menjelaskan bahwa Dial ah yang mengeluarkan (melahirkan) manusia dari
perut ibunya, dalam keadaan bodoh tidak punya ilmu apapun. Pada waktu lahir
tidak ada yang langsung pandai membaca, menulis, matematika, berbicara dan
lain-lain. Menurut al Qur an hanya beberapa anak yang bisa bicara pada waktu bayi,
seperti nabi Isa as, bayi dimasa nabi Yusuf as dan dalam hadits adalah bayi
dimasa Juraij.
Kemudian Allah swt
menciptakan alat mencari ilmu yang pertama yaitu as sam’u = السَّمْعَ (pendengaran).
Inilah organ tubuh yang pertama berfungsi. Kenapa anak kecil dibungkus
(dibedong) pada waktu bayi? Karena dia sudah mulai mendengar, maka ditakutkan dia menjadi orang yg mudah terkejut atau gugup
karena hempasan pintu, suara yg keras, dll. Maka dengan pendengaran, anak itu
mulai pandai mengucapkan mama, papa dan makin lama perbendaan bahasa nya
bertambah, sehingga dia berbicara dan selanjutnya mendapatkan ilmu-ilmu
lainnya. Karena pendengaran lah merupakan alat mencari ilmu pertama.
Orang yang tuli atau yg tak bisa mendengar, biasanya akan bisu. Kenapa
? Karena dari bayinya dia tidak bisa
mendengar, maka dia tidak punya
perbendaharaan bahasa. Akibatnya dia tidak mampu berkomunikasi dengan orang
lain. Kalau seandainya cuma selaput suaranya yg tidak ada, dan dia bisa
mendengar, tentu kita bisa berbicara langsung
dengannya tidak perlu berbahasa isyarat.
Mungkin cuma jawabannyalah yg dengan bahasa
isyarat. Maka jelaslah orang yang tuli dari bayi itu akan bisu. Walaupun orang
yang bisu mungkin tidak semuanya tuli.
Walaupun mata
terbuka, tetapi bayi belum bisa lagi melihat. Buktinya kalau dipanggil namanya
si bayi cuma diam saja, tidak ada reaksi apa-apa. Setelah berlangsung sekitar
satu bulan, barulah penglihatannya (al abshar = وَالْأَبْصَارَ) ber fungsi. Buktinya kalau namanya dipanggil,
maka si bayi akan tersenyum
Dari kedua organ itu maka pendengaran lah yang lebih ber
peran. Karena kalau kita mendengar tapi tak melihat kita masih bisa mengerti
apa yang disampaikan umpamanya seperti mendengar radio. Kita masih bisa faham
apa yg disampaikan radio. Tapi kalau cuma melihat tanpa mendengar, maka kita
tidak akan mengerti. Buktinya kalau ada Tv bisu atau Tv yang di kecilkan
suaranya, kita tidak akan mengerti apa yg ditayangkan. Tetapi kalau mendengar
sambil melihat tentu kita akan lebih mudah mengerti. Itu sebabnya para guru
disarankan mengajar menggunakan alat peraga, supaya muridnya lebh mudah dan
lebih cepat faham.
Jalan mencari ilmu yang ketiga ialah hati (al af idah = وَالْأَفْئِدَةَ). Ini yang paling lambat berfungsinya,
tapi paling penting untuk mencari ilmu. Hati atau perhatian lebih besar
peranannya, walaupun lebih terakhir berfungsinya. Hati atau perhatian baru
berfungsi kalau seorang manusia itu sudah ber umur 3 atau 4 tahun. Itu sebabnya
kalau orang tuanya mengajak anak umur dua tahun jalan jalan ke Jakarta
umpamanya dan kalau ditanya setelah besar apakah dia ingat waktu ke Monas,
Taman Mini, dll, pasti dia menjawab tidak ingat. Karena hati atau perhatiannya
pada waktu itu belum berfungsi dengan baik. Begitu juga orang yang mengelamun
di depan rumahnya, pasti tidak akan tahu siapa yang tadi lewat, karena
perhatiannya tidak ada waktu itu.
Maka hati adalah ibarat panglima yang mengatur semua anggota
tubuh. Kalau hati mau, umpamanya seorang ibu yang tidak takut keluar rumah
tengah malam, walaupun lampu mati, hujan lebat, tidak ada teman. Karena ingin
mencari obat untuk anaknya yang sakit. Karena dia mau. Sebaliknya kalau hati tidak mau (ke mesjid umpamanya) walaupun suara
azannya sangat indah, rumahnya dekat dari mesjid, tapi dia tetap tidak akan
melangkahkan kakinya, karena memang hatinya tidak mau.
Maka bertambah yakinlah kita dengan firman Allah dalam al Qur an surat al A’raf 198
وَإِنْ تَدْعُوهُمْ إِلَى الْهُدَى لَا يَسْمَعُوا
وَتَرَاهُمْ يَنْظُرُونَ إِلَيْكَ وَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ (198)al
A’raf
Dan jika kamu sekalian menyeru (berhala) untuk memberi petunjuk ,
niscaya berhala itu tidak akan mendengarnya. Dan kamu lihat berhala itu
memandang kepadamu, pada hal dia tak bisa melihat.
Dan surat al Anfal 21.
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ قَالُوا سَمِعْنَا
وَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ (21)al Anfal
Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (manafik) yang
berkata : Kami mendengarkan, pada hal mereka tidak mendengarkan.
Allah menjelaskan agar kita sebagai manusia tidak seperti berhala
yang disembah orang kafir dan berhala itu tidak bisa mendengar dan tidak bisa
melihat, walaupun matanya melotot. Allah juga mengingatkan kita ajar jangan seperti
orang munafik yg katanya mendengar, pada hal mereka tidak mendengar.
Diakhir ayat Allah swt mengingatkan kita agar لَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ
. Agar kita
senantiasa mensyukuri nikmat Allah yg sangat banyak , diantaranya nikmat yang
tiga itu yaitu pendengaran, penglihatan dan hati nurani. Agar kita memanfaatkan
nikmat nikmat itu untuk mentaati perintah Allah swt.
*Anggota Komisi
Fatwa MUI Binjai, pengasuh Pesantren Kwala Madu, guru MA Aisyiyah Binjai dan
guru SMA Muhammadiyah 12 Binjai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar