BOLEHKAH BER
CERAMAH TA’ZIAH PADA WAKTU
JENAZAH
BELUM DIKUBURKAN ?
Oleh : H. Sufriadi
Hasan Basri BA*
Di beberapa
ranting Muhammadiyah di kota Binjai Sumatera Utara timbul persoalan tentang bolehkah
ber ceramah ta’ziah pada waktu jenazah masih ada dirumah dan belum
dikuburkan. Dan masalah ini sudah dibahas dalam muzakarah Korp Muballigh
Muhammadiyah Kota Binjai pada hari Rabu, 21 Januari 2015 di MTs MA Muhammadiyah
Jalan Perintis Kemerdekaan 122 Binjai.
Sebelum kita
membahas persoalan diatas, perlu juga kita bahas terlebih dulu tentang kebolehan
dan perintah berta’ziah. Mari kita buka HPT (Himpunan Putusan Tarjih)
tentang MELAWAT dalam Kitab JANAZAH halaman 232 dan 256-257.
HAL MELAWAT
55. Bilamana kamu mendapat malapetaka, maka berdo’alah : “Inna lillahi wa
inna ilaihi rajiun. Allahumma
ajirni fi mushibati wakhlufli khairan minha.”
Dalilnya :
الَّذِينَ إِذَا
أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156)al Baqarah 156
وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ
حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ سَعْدِ بْنِ سَعِيدٍ قَالَ أَخْبَرَنِى عُمَرُ
بْنُ كَثِيرِ بْنِ أَفْلَحَ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ سَفِينَةَ يُحَدِّثُ أَنَّهُ
سَمِعَ أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- تَقُولُ سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ
فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا
إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ
اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا ». قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ
أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْلَفَ
اللَّهُ لِى خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
Dari
Umar bin Katsir bin Aflah, saya mendengar Ibnu Safinah mengatakan bahwa dia mendengar
Ummu Salamah isteri nabi saw berkata : Saya mendengar Rasulullah saw brsabda :
Tidaklah seorang hamba ditimpa musibah dan berkata Inna lillahi wa inna ilaihi
raji’un, allahumma ajirni fi mushibati wakhlufli khairan minha (Sesungguhnya
kita milik Allah dan kita akan kembaliNya, ya Allah berilah aku pahala pada
musibahku ini dan gantilah dengan yang lebih baik darinya), pasti akan
memberinya pahala pada musibahnya dan mengganti yang lebih baik darinya.
Berkata Ummu Salamah : Tatkala wafat suami saya Abu Salamah saya mengatakan
seperti yang diperintahkan Rasul, maka Allah mengganti dengan yang lebih baik
darinya yaitu Rasulullah saw.
HR
Muslim, Ahmad, at Thahawi,
Baihaqi, Thabrani.
حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ
سَعِيدٍ قَالَ أَخْبَرَنِى عُمَرُ بْنُ كَثِيرٍ عَنِ ابْنِ سَفِينَةَ مَوْلَى أُمِّ
سَلَمَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ
تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ
أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَاخْلُفْنِى خَيْراً مِنْهَا. إِلاَّ أَجَرَهُ
اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَخَلَفَ لَهُ خَيْراً مِنْهَا ». قَالَتْ فَلَمَّا
تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ مَنْ خَيْرٌ مِنْ أَبِى سَلَمَةَ صَاحِبِ رَسُولِ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ ثُمَّ عَزَمَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِى فَقُلْتُهَا
اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَاخْلُفْ لِى خَيْراً مِنْهَا. قَالَتْ فَتَزَوَّجْتُ
رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلمHR Ahmad
Hadits ini hampir sama artinya dengan hadits diatas.
56. Lawatlah ahli mayat dan anjurilah
bersabar.
حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ الْجَحْدَرِىُّ حَدَّثَنَا
حَمَّادٌ - يَعْنِى ابْنَ زَيْدٍ - عَنْ عَاصِمٍ الأَحْوَلِ عَنْ أَبِى عُثْمَانَ النَّهْدِىِّ
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ كُنَّا عِنْدَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه
وسلم- فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ إِحْدَى بَنَاتِهِ تَدْعُوهُ وَتُخْبِرُهُ أَنَّ صَبِيًّا
لَهَا - أَوِ ابْنًا لَهَا - فِى الْمَوْتِ فَقَالَ لِلرَّسُولِ « ارْجِعْ إِلَيْهَا
فَأَخْبِرْهَا إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلُّ شَىْءٍ عِنْدَهُ
بِأَجَلٍ مُسَمًّى فَمُرْهَا فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ » فَعَادَ الرَّسُولُ
فَقَالَ إِنَّهَا قَدْ أَقْسَمَتْ لَتَأْتِيَنَّهَا. قَالَ فَقَامَ النَّبِىُّ -صلى
الله عليه وسلم- وَقَامَ مَعَهُ سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ وَمُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ وَانْطَلَقْتُ
مَعَهُمْ فَرُفِعَ إِلَيْهِ الصَّبِىُّ وَنَفْسُهُ تَقَعْقَعُ كَأَنَّهَا فِى شَنَّةٍ
فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ فَقَالَ لَهُ سَعْدٌ مَا هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ
« هَذِهِ رَحْمَةٌ جَعَلَهَا اللَّهُ فِى قُلُوبِ عِبَادِهِ وَإِنَّمَا يَرْحَمُ
اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ ». معانى بعض الكلمات
: تقعقع : تضطرب وتتحرك
الشنة : القربة البالية أى روحه وهى تضطرب
لها حشرجة الماء إذا ألقى فى شنة
Dari Usamah bin Zaid dia berkata : Kami disisi nabi saw , maka
seorang anak perempuannya mengirim utusan dan memanggilnya dan
mengabarkan bahwa seorang anaknya dalam sakaratul maut, maka sabda Nabi Kembalilah kepadanya dan beritahukan adalah
hak Allah untuk mengambil dan memberi, dan segala sesuatu menurut ajalnya.
Suruhlah sabar dan mengharapkan pahala Allah. HR
Muslim
وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِىِّ
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَتَى عَلَى امْرَأَةٍ
تَبْكِى عَلَى صَبِىٍّ لَهَا فَقَالَ لَهَا « اتَّقِى اللَّهَ وَاصْبِرِى ». فَقَالَتْ وَمَا
تُبَالِى بِمُصِيبَتِى. فَلَمَّا ذَهَبَ قِيلَ لَهَا إِنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم-. فَأَخَذَهَا مِثْلُ الْمَوْتِ فَأَتَتْ بَابَهُ فَلَمْ تَجِدْ عَلَى
بَابِهِ بَوَّابِينَ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَعْرِفْكَ. فَقَالَ « إِنَّمَا
الصَّبْرُ عِنْدَ أَوَّلِ صَدْمَةٍ ». أَوْ قَالَ « عِنْدَ أَوَّلِ الصَّدْمَةِ ».
Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah
mendatangi seorang wanita yang menangis karena wafat anaknya. Maka Rasul
berkata : Bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah. Wanita itu menjawab : Apa
pedulimu dengan musibahku. Ketika Rasul pergi, dikatakan kepada wanita itu
bahwa yg tadi adalah Rasul. Maka diapun seperti orang mau mati dan mendatangi
nabi. Ya Rasul saya tidak tahu engkau ya Rasul. Nabi menjawab : Sabar itu pada
pukulan pertama. HR
Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasai, Baihaqi, al Baghawi, Abd bin
Humaid, Abu Ya’la, at Thayalisi
Dari
hadits-hadits jelas ada perintah bertakziah, walaupun tentu caranya tidak
seperti sekarang. Dimana nabi menyuruh orang untuk menyabarkan yg dapat
musibah, dan dalam kesempatan lain Nabi sendiri yang menyabarkan. Memang tidak
pakai ceramah seperti sekarang.
Sekarang
bolehkah berceramah pada waktu jenazah masih ada dirumah (belum dikuburkan) ?
Pokok
persoalannya adalah pemahaman hadits nabi dari Zaid bin Arqam
4409- وَقَالَ أَبُو يَعْلَى الْمَوْصِلِيُّ : حَدَّثَنَا
أُمَيَّةُ بْنُ بَسْطَامٍ ، حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ ، حَدَّثَنَا ثَابِتٌ ، عَنْ
أَبِي رُهْمٍ ، عَنْ رَجُلٍ ،
عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ ، رَضِيَ الله عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
الله عَلَيه وسَلَّم قَالَ : إِنَّ الله يُحِبُّ الصَّمْتَ عِنْدَ ثَلاَثٍ :
عِنْدَ تِلاَوَةِ الْقُرْآنِ ، وَعِنْدَ الزَّحْفِ ، وَعِنْدَ الْجِنَازَةِ.
Berkata Abu
Ya’la al Maushuli dari Umaiyah bin Basthami, dari Mu’tamir, dari Tsabit, dari
Abu Ruhm dari seorang laki-laki dari Zaid bin Arqam ra dari nabi
saw beliau berkata : Sesungguhnya Allah senang diam dalam tiga (3) hal yaitu
ketika membaca al qur an, ketika perang dan ketika ada jenazah.
HR
as Suyuthi
هَذَا إِسْنَادٌ ضَعِيفٌ
لِجَهَالَةِ التَّابِعِيِّ لَكِنَّ الْمَتْنَ لَهُ شَاهِدٌ مِنْ حَدِيثِ
أَبِي مُوسَى الأَشْعَرِيِّ ، رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ فِي سُنَنِهِ ، وَسَكَتَ
عَلَيْهِ ، فَهُوَ عِنْدَهُ حَدِيثٌ صَالِحٌ لِلْعَمَلِ بِهِ وَلِلاِحْتِجَاجِ.@
Sanad hadits ini dha’if karena tidak
dikenalnya tabi’in. walaupun matannya ada saksi dari hadits Abu Musa al
Asy’ari.
7207 - إن الله يحب
الصمت عند ثلاثة عند تلاوة القرآن وعند الزحف وعند الجنازة (الطبرانى عن زيد
بن أرقم)
أخرجه الطبرانى (5/213 ، رقم 5130) قال
الهيثمى (3/29) : فيه رجل لم يسم . وأخرجه أيضًا : أبو يعلى كما فى المطالب
العالية (5/291 ، رقم 814) ، وإتحاف الخيرة (3/255 ، رقم 2644) ، والديلمى (1/157
، رقم 578)
( أنّ الله تعالى يحب الصمت )
أي السكوت ( عند ثلاث ) من الأشياء ( عند تلاوة القرآن ) ليتدبر
معانيه ويتأمل أحكامه
( وعند
الزحف
) أي التقاء الصفوف للجهاد ( وعند الجنازة ) أي في المشي معها والصلاة عليها وتشييعها ( طب عن زيد بن أرقم ) وفيه راو لم يسم
وآخر مجهول
Yang masih
persolan juga adalah apakah perlu / boleh membaca al qur an sebelum ceramah
ta’ziah?
Membaca
alqur an adalah perbuatan dan amal yang bagus.
Tetapi membaca al qur an bisa juga menjadi tidak bagus kalau dibaca waktu
belajar pada waktu guru menerangkan pelajaran, apalagi membaca dengan dengan
suara keras.
Begitu juga membaca al qur an pada waktu
bertakziah. Hal itu bisa menimbulkan
keraguan atau fitnah, se olah-olah akan mengirim pahala untuk si mayit.
Pada hal kita sudah yakin betul kalau orang sudah wafat, tidak bisa lagi dikirimkan
pahala dari dunia ini. Sesuai dengan
hadits nabi :
4310 – حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ – يَعْنِى
ابْنَ سَعِيدٍ – وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ – هُوَ ابْنُ
جَعْفَرٍ – عَنِ الْعَلاَءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ
عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ
يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ ».
Dari
Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw berkata : Apabila manusia meninggal putus
amalnya, kecuali dari 3 (tiga) jalan yaitu sedekah jariyah, ilmu yg
dimanfaatkan orang lain atau anak yang shaleh yang mendo’akannya. HR Muslim, Ahmad, Abu
Daud, Tirmizi, Nasai, ad Darimi, Ibnu Hibban, Malik, Baihaqi, Abu Iwaanah, Abu Ya’la, Ibnu Khuzaimah, al Baghawi
Tapi kalau
mendo’akan mayat boleh, apalagi kalau yang mendo’akan adalah anaknya. Timbul
juga pertanyaan : apa tidak sama mengirim pahala dengan mend’akan ?
Jawabnya : Tidak sama. Karena mendo’akan
artinya memohon kepada Allah (agar dilapangkan kuburnya, dll), sedang kan
mengirim pahala adalah manusia yg hidup membaca tahlil dll dan pahalanya
diniatkan untuk si mayit. Pada hal ayat menegas kan : وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا
مَا سَعَى (39)
Dan
sesunggguhnya manusia tidak mendapat kan kecuali apa yang telah diusahakannya
(dilakukannya)
11 Jum.Akhir 1436
Binjai, ------------------------
01 A p r I l 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar