Sabtu, 30 Mei 2015

BOLEHKAH CERAMAH TAKZIAH DALAM KEADAAN JENAZAH BELUM DIKUBURKAN ?



BOLEHKAH BER CERAMAH TA’ZIAH PADA WAKTU
JENAZAH BELUM DIKUBURKAN ?
Oleh : H. Sufriadi Hasan Basri BA*

Di beberapa ranting Muhammadiyah di kota Binjai Sumatera Utara timbul persoalan tentang bolehkah ber ceramah ta’ziah pada waktu jenazah masih ada dirumah dan belum dikuburkan. Dan masalah ini sudah dibahas dalam muzakarah Korp Muballigh Muhammadiyah Kota Binjai pada hari Rabu, 21 Januari 2015 di MTs MA Muhammadiyah Jalan Perintis Kemerdekaan 122 Binjai.

Sebelum kita membahas persoalan diatas, perlu juga kita bahas terlebih dulu tentang kebolehan dan perintah berta’ziah. Mari kita buka HPT (Himpunan Putusan Tarjih) tentang MELAWAT dalam Kitab JANAZAH halaman 232 dan 256-257.

HAL MELAWAT
55. Bilamana kamu mendapat malapetaka, maka berdo’alah : “Inna lillahi wa 
      inna ilaihi rajiun. Allahumma ajirni fi mushibati wakhlufli khairan minha.”
      Dalilnya :
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156)al Baqarah 156 

وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ سَعْدِ بْنِ سَعِيدٍ قَالَ أَخْبَرَنِى عُمَرُ بْنُ كَثِيرِ بْنِ أَفْلَحَ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ سَفِينَةَ يُحَدِّثُ أَنَّهُ سَمِعَ أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا ». قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.

Dari Umar bin Katsir bin Aflah, saya mendengar Ibnu Safinah mengatakan bahwa dia mendengar Ummu Salamah isteri nabi saw berkata : Saya mendengar Rasulullah saw brsabda : Tidaklah seorang hamba ditimpa musibah dan berkata Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, allahumma ajirni fi mushibati wakhlufli khairan minha (Sesungguhnya kita milik Allah dan kita akan kembaliNya, ya Allah berilah aku pahala pada musibahku ini dan gantilah dengan yang lebih baik darinya), pasti akan memberinya pahala pada musibahnya dan mengganti yang lebih baik darinya. Berkata Ummu Salamah : Tatkala wafat suami saya Abu Salamah saya mengatakan seperti yang diperintahkan Rasul, maka Allah mengganti dengan yang lebih baik darinya yaitu Rasulullah saw.
HR  Muslim, Ahmad,  at Thahawi, Baihaqi, Thabrani.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ أَخْبَرَنِى عُمَرُ بْنُ كَثِيرٍ عَنِ ابْنِ سَفِينَةَ مَوْلَى أُمِّ سَلَمَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَاخْلُفْنِى خَيْراً مِنْهَا. إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَخَلَفَ لَهُ خَيْراً مِنْهَا ». قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ مَنْ خَيْرٌ مِنْ أَبِى سَلَمَةَ صَاحِبِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ ثُمَّ عَزَمَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِى فَقُلْتُهَا اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَاخْلُفْ لِى خَيْراً مِنْهَا. قَالَتْ فَتَزَوَّجْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلمHR Ahmad

Hadits ini hampir sama  artinya dengan hadits diatas.



56. Lawatlah ahli mayat dan anjurilah bersabar.

حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ الْجَحْدَرِىُّ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ - يَعْنِى ابْنَ زَيْدٍ - عَنْ عَاصِمٍ الأَحْوَلِ عَنْ أَبِى عُثْمَانَ النَّهْدِىِّ عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ كُنَّا عِنْدَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ إِحْدَى بَنَاتِهِ تَدْعُوهُ وَتُخْبِرُهُ أَنَّ صَبِيًّا لَهَا - أَوِ ابْنًا لَهَا - فِى الْمَوْتِ فَقَالَ لِلرَّسُولِ « ارْجِعْ إِلَيْهَا فَأَخْبِرْهَا إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلُّ شَىْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى فَمُرْهَا فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ » فَعَادَ الرَّسُولُ فَقَالَ إِنَّهَا قَدْ أَقْسَمَتْ لَتَأْتِيَنَّهَا. قَالَ فَقَامَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- وَقَامَ مَعَهُ سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ وَمُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ وَانْطَلَقْتُ مَعَهُمْ فَرُفِعَ إِلَيْهِ الصَّبِىُّ وَنَفْسُهُ تَقَعْقَعُ كَأَنَّهَا فِى شَنَّةٍ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ فَقَالَ لَهُ سَعْدٌ مَا هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « هَذِهِ رَحْمَةٌ جَعَلَهَا اللَّهُ فِى قُلُوبِ عِبَادِهِ وَإِنَّمَا يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ ».        معانى بعض الكلمات :        تقعقع : تضطرب وتتحرك
                                                           الشنة : القربة البالية أى روحه وهى تضطرب لها حشرجة الماء إذا ألقى فى شنة

Dari Usamah bin Zaid dia berkata : Kami disisi nabi saw , maka seorang  anak perempuannya  mengirim utusan dan memanggilnya dan mengabarkan bahwa seorang anaknya dalam sakaratul maut, maka sabda Nabi  Kembalilah kepadanya dan beritahukan adalah hak Allah untuk mengambil dan memberi, dan segala sesuatu menurut ajalnya. Suruhlah sabar dan mengharapkan pahala Allah.   HR  Muslim

وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِىِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَتَى عَلَى امْرَأَةٍ تَبْكِى عَلَى صَبِىٍّ لَهَا فَقَالَ لَهَا « اتَّقِى اللَّهَ وَاصْبِرِى ». فَقَالَتْ وَمَا تُبَالِى بِمُصِيبَتِى. فَلَمَّا ذَهَبَ قِيلَ لَهَا إِنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-. فَأَخَذَهَا مِثْلُ الْمَوْتِ فَأَتَتْ بَابَهُ فَلَمْ تَجِدْ عَلَى بَابِهِ بَوَّابِينَ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَعْرِفْكَ. فَقَالَ « إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ أَوَّلِ صَدْمَةٍ ». أَوْ قَالَ « عِنْدَ أَوَّلِ الصَّدْمَةِ ».

Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah mendatangi seorang wanita yang menangis karena wafat anaknya. Maka Rasul berkata : Bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah. Wanita itu menjawab : Apa pedulimu dengan musibahku. Ketika Rasul pergi, dikatakan kepada wanita itu bahwa yg tadi adalah Rasul. Maka diapun seperti orang mau mati dan mendatangi nabi. Ya Rasul saya tidak tahu engkau ya Rasul. Nabi menjawab : Sabar itu pada pukulan pertama.   HR  Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasai, Baihaqi, al Baghawi, Abd bin Humaid, Abu Ya’la, at Thayalisi

Dari hadits-hadits jelas ada perintah bertakziah, walaupun tentu caranya tidak seperti sekarang. Dimana nabi menyuruh orang untuk menyabarkan yg dapat musibah, dan dalam kesempatan lain Nabi sendiri yang menyabarkan. Memang tidak pakai ceramah seperti sekarang.

Sekarang bolehkah berceramah pada waktu jenazah masih ada dirumah (belum dikuburkan) ?
Pokok persoalannya adalah pemahaman hadits nabi dari Zaid bin Arqam

4409- وَقَالَ أَبُو يَعْلَى الْمَوْصِلِيُّ : حَدَّثَنَا أُمَيَّةُ بْنُ بَسْطَامٍ ، حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ ، حَدَّثَنَا ثَابِتٌ ، عَنْ أَبِي رُهْمٍ ، عَنْ رَجُلٍ ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ ، رَضِيَ الله عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم قَالَ : إِنَّ الله يُحِبُّ الصَّمْتَ عِنْدَ ثَلاَثٍ : عِنْدَ تِلاَوَةِ الْقُرْآنِ ، وَعِنْدَ الزَّحْفِ ، وَعِنْدَ الْجِنَازَةِ.
Berkata Abu Ya’la al Maushuli dari Umaiyah bin Basthami, dari Mu’tamir, dari Tsabit, dari Abu Ruhm dari seorang laki-laki dari Zaid bin Arqam ra dari nabi saw beliau berkata : Sesungguhnya Allah senang diam dalam tiga (3) hal yaitu ketika membaca al qur an, ketika perang dan ketika ada jenazah.
HR as Suyuthi
هَذَا إِسْنَادٌ ضَعِيفٌ لِجَهَالَةِ التَّابِعِيِّ لَكِنَّ الْمَتْنَ لَهُ شَاهِدٌ مِنْ حَدِيثِ أَبِي مُوسَى الأَشْعَرِيِّ ، رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ فِي سُنَنِهِ ، وَسَكَتَ عَلَيْهِ ، فَهُوَ عِنْدَهُ حَدِيثٌ صَالِحٌ لِلْعَمَلِ بِهِ وَلِلاِحْتِجَاجِ.@

 Sanad hadits ini dha’if karena tidak dikenalnya tabi’in. walaupun matannya ada saksi dari hadits Abu Musa al Asy’ari.

 7207 -  إن الله يحب الصمت عند ثلاثة عند تلاوة القرآن وعند الزحف وعند الجنازة (الطبرانى عن زيد بن أرقم)
أخرجه الطبرانى (5/213 ، رقم 5130) قال الهيثمى (3/29) : فيه رجل لم يسم . وأخرجه أيضًا : أبو يعلى كما فى المطالب العالية (5/291 ، رقم 814) ، وإتحاف الخيرة (3/255 ، رقم 2644) ، والديلمى (1/157 ، رقم 578)  

( أنّ الله تعالى يحب الصمت ) أي السكوت ( عند ثلاث ) من الأشياء ( عند تلاوة القرآن ) ليتدبر معانيه ويتأمل أحكامه
(  وعند الزحف ) أي التقاء الصفوف للجهاد ( وعند الجنازة ) أي في المشي معها والصلاة عليها وتشييعها ( طب عن زيد بن أرقم ) وفيه راو لم يسم وآخر مجهول

Yang masih persolan juga adalah apakah perlu / boleh membaca al qur an sebelum ceramah ta’ziah?
Membaca alqur an adalah perbuatan dan amal yang bagus. Tetapi membaca al qur an bisa juga menjadi tidak bagus kalau dibaca waktu belajar pada waktu guru menerangkan pelajaran, apalagi membaca dengan dengan suara keras.
 Begitu juga membaca al qur an pada waktu bertakziah. Hal itu bisa menimbulkan  keraguan atau fitnah, se olah-olah akan mengirim pahala untuk si mayit. Pada hal kita sudah yakin betul kalau orang sudah wafat, tidak bisa lagi dikirimkan pahala dari dunia ini. Sesuai dengan  hadits nabi :
4310 – حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ – يَعْنِى ابْنَ سَعِيدٍ – وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ – هُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ – عَنِ الْعَلاَءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ ».

Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw berkata : Apabila manusia meninggal putus amalnya, kecuali dari 3 (tiga) jalan yaitu sedekah jariyah, ilmu yg dimanfaatkan orang lain atau anak yang shaleh yang mendo’akannya.         HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, Tirmizi, Nasai, ad Darimi, Ibnu Hibban, Malik, Baihaqi,  Abu Iwaanah, Abu Ya’la, Ibnu Khuzaimah, al Baghawi

Tapi kalau mendo’akan mayat boleh, apalagi kalau yang mendo’akan adalah anaknya. Timbul juga pertanyaan : apa tidak sama mengirim pahala dengan mend’akan ? Jawabnya  : Tidak sama. Karena mendo’akan artinya memohon kepada Allah (agar dilapangkan kuburnya, dll), sedang kan mengirim pahala adalah manusia yg hidup membaca tahlil dll dan pahalanya diniatkan untuk si mayit. Pada hal ayat menegas kan  :    وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى (39)
Dan sesunggguhnya manusia tidak mendapat kan kecuali apa yang telah diusahakannya (dilakukannya)
11 Jum.Akhir 1436
                                                                               Binjai,  ------------------------
01 A p r I l       2015

                                                                                H.Sufriadi Hasan Basri BA

BOLEHKAH JAMA' SHALAT DI MEKKAH DAN MADINAH ?



BOLEHKAN JAMA’ SHALAT DI MEKKAH DAN MADINAH?
H. Sufriadi Hasan Basri*

Shalat jama’ artinya shalat yang digabungkan waktunya. Umpamanya Zhuhur dengan Ashar, atau Maghrib dengan Isya. (Jadi, bukan menggabungkan shalatnya jadi satu salam)

SHALAT JAMA’ DI ARAFAH DAN MUZDALIFAH

Para Ulama sepakat boleh atau lebih utamanya shalat jama’ di Arafah (Arafat) dan di Muzdalifah.
Dalilnya adalah hadits nabi :

عن جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ : بعد خطبة عرفة : ثمَّ أَذَّنَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الْعَصْرَ وَلَمْ يُصَلِّ بَيْنَهُمَا شَيْئًا

أَتَى الْمُزْدَلِفَةَ فَصَلَّى بِهَا الْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ بِأَذَانٍ وَاحِدٍ وَإِقَامَتَيْنِ وَلَمْ يُسَبِّحْ بَيْنَهُمَا شَيْئًا
HR Muslim, Abu Daud, Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Ad Darimi, Baihaqi, Ibnu Abi Syaibah, al Baghawi, Ibnul Jarud,
SHALAT JAMA’ DI TEMPAT LAIN

Bagaimana hukum jama’ shalat di tempat lain, termasuk Mekkah dan Madinah ? Hukumnya dibolehkan karena banyak dalil bahwa nabi saw melakukannya.



5حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ خَالِدِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَوْهَبٍ الرَّمْلِيُّ الْهَمْدَانِيُّ حَدَّثَنَا الْمُفَضَّلُ بْنُ فَضَالَةَ وَاللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ هِشَامِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِي الطُّفَيْلِ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ إِذَا زَاغَتْ الشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ يَرْتَحِلَ جَمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَإِنْ يَرْتَحِلْ قَبْلَ أَنْ تَزِيغَ الشَّمْسُ أَخَّرَ الظُّهْرَ حَتَّى يَنْزِلَ لِلْعَصْرِ وَفِي الْمَغْرِبِ مِثْلُ ذَلِكَ إِنْ غَابَتْ الشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ يَرْتَحِلَ جَمَعَ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَإِنْ يَرْتَحِلْ قَبْلَ أَنْ تَغِيبَ الشَّمْسُ أَخَّرَ الْمَغْرِبَ حَتَّى يَنْزِلَ لِلْعِشَاءِ ثُمَّ جَمَعَ بَيْنَهُمَا        قَالَ أَبُو دَاوُد رَوَاهُ هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ عَنْ حُسَيْنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ كُرَيْبٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَ حَدِيثِ الْمُفَضَّلِ وَاللَّيْثِ( د ) 1208

HR Abu Daud, Tirmizi, Baihaqi, al Baghawi, Daruqutni



- حدثنا إسحاق بن إبراهيم أنا عبد الرزاق أنا ابن جريج أخبرني حسين بن عبد الله بن عبيد الله بن عباس عن عكرمة و كريب عن ابن عباس رضي الله عنهما قال : ألا أخبركم عن صلاة رسول الله صلى الله عليه و سلم ؟ قلنا : بلى قال : كان إذا زاغت له الشمس في منزله جمع بين الظهر والعصر قبل أن يركب وإذا لم تزغ له في منزله سار حتى إذا كانت العصر نزل فجمع بين الظهر والعصر وإذا حانت المغرب وهو في منزله جمع بينها وبين العشاء وإذا لم تحن له في منزله ركب حتى إذا حانت العشاء نزل فجمع بينهما قال عبد الرزاق : وقال لي ابن المقدام ما سمعنا بهذا من ابن جريج ولا جاء به غيرك
HR Baihaqi, Daruqutni, Abdur Razaq

Hadits diatas juga menjadi dalil jama’ dan qashar .
Dalam jama taqdim atau jama’ ta’khir tetap mendahulukan shalat yg duluan. Artinya mendahulukan Zuhur dari Ashar, dan mendahulukan maghrib dari Isya.

SHALAT JAMA’ KARENA HUJAN





- حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ خَالِدِ ، عَنْ أَبِي مَوْدُودٍ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ أَبِي سُلَيْمَانَ ، قَالَ : صَلَّيْتُ مَعَ أَبِي بَكْرٍ بْنِ مُحَمَّدٍ الْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ ، فَجَمَعَ بَيْنَهُمَا فِي لَيْلَةٍ مَطِيرَةٍ.
HR Ibnu Abi Syaibah

6328- حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ ، عَنْ نَافِعٍ ، قَالَ : كَانَ ابْنُ عُمَرَ يُصَلِّي مَعَ مَرْوَانَ ، وَكَانَ مَرْوَانُ إِذَا كَانَتْ لَيْلَةٌ مَطِيرَةٌ جَمَعَ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ ، وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يُصَلِّيهِمَا مَعَهُ.

*Ketua Majlis Tarjih dan Tajdid PDM Kota Binjai dan Guru/Pengasuh Pesantren
  Muhammadiyah Kwala Madu, serta anggota Komisi Fatwa MUI Binjai
SHALAT JAMA’ DAN HUBUNGANNYA DENGAN SHALAT ARBA’IN  DI MADINAH

Orang enggan melakukan shalat jama’ dan qashar di Mekkah dan Madinah karena kelebihan shalat di kedua mesjid (masjidil haram di Mekah dan masjid nabawi di Madinah)

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ يُوسُفَ، أَخْبَرَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ الْفَاكِهِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو يَحْيَى بْنُ أَبِي مَسَرَّةَ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا dإِبْرَاهِيمُ بْنُ أَبِي حَيَّةَ، [ص:42] عَنْ عُثْمَانَ بْنِ الْأَسْوَدِ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " صَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ مِائَةُ أَلْفِ صَلَاةٍ، وَصَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي أَلْفُ صَلَاةٍ، وَفِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ خَمْسُمِائَةِ صَلَاةٍ "
HR Ahmad, Ibnu Majah, Baihaqi, Abd Razaq, al Bazar, as Suyuthi, at Thahawi

Terjadinya masalah dengan shalat jama’ terutama sekali di Madinah, terutama karena hubungannya dengan “shalat arba’in” atau shalat 40 waktu di Masjid Nabawi. Dan keberadaan jamaah haji di Madinah hanya 8 setengah hari atau  paling lama 9 hari. Atau hanya pas saja dengan jumlah shalat sekitar 40 waktu atau 41 waktu shalat. Maka rata-rata jamaah haji tidak ada yg mau menjama’ shalatnya. Pada hal dari segi jarak kebolehan menjama’ dan mengqashar shalat (menurut Imam Syafi’i hanya 84 km). Sedangkan jarak Medan – Mekah/Madinah sekitar 6000 km


Hadits shalat arba’in

حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ مُوسَى، قَالَ: وَسَمِعْتُهُ أَنَا مِنَ الْحَكَمِ بْنِ مُوسَى، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِى الرِّجَالِ، عَنِ نُبَيْطِ بْنِ عُمَرَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ: "مَنْ صَلَّى فِى مَسْجِدِى أَرْبَعِينَ صَلاةً لاَ يَفُوتُهُ صَلاةٌ، كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ، وَنَجَاةٌ مِنَ الْعَذَابِ، وَبَرِئَ مِنَ النِّفَاقِ.     تعليق شعيب الأرنؤوط : إسناده ضعيف لجهالة نبيط بن عمر
قال الهيثمى (4/8) : رجاله ثقات
HR Ahmad, as Suyuthi

JAMA’  KARENA ADA KEPERLUAN atau TANPA KEPERLUAN


1667 - وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالاَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ ح وَحَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ وَأَبُو سَعِيدٍ الأَشَجُّ - وَاللَّفْظُ لأَبِى كُرَيْبٍ - قَالاَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ كِلاَهُمَا عَنِ الأَعْمَشِ عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِى ثَابِتٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ بِالْمَدِينَةِ فِى غَيْرِ خَوْفٍ وَلاَ مَطَرٍ. فِى حَدِيثِ وَكِيعٍ قَالَ قُلْتُ لاِبْنِ عَبَّاسٍ لِمَ فَعَلَ ذَلِكَ قَالَ كَىْ لاَ يُحْرِجَ أُمَّتَهُ. وَفِى حَدِيثِ أَبِى مُعَاوِيَةَ قِيلَ لاِبْنِ عَبَّاسٍ مَا أَرَادَ إِلَى ذَلِكَ قَالَ أَرَادَ أَنْ لاَ يُحْرِجَ أُمَّتَهُ.

KESIMPULAN
1.      Shalat jama’ dan qashar adalah bagian dari rukhshah (keringanan) ajaran Islam.
2.      Shalat jama’ di  Arafah dan Muzdalifah jelas sekali dalilnya.
3.      Shalat jama’ ditempat lain (termasuk Mekah dan Madinah) bisa saja dilakukan.
4.      Bahkan Rasulullah pernah menjama’ tanpa alas an yg kuat (bukan musafir, sakit, takut atau hujan). Ibnu Abbas berkata : supaya tidak menyulitkan umatnya.

Pesantren Muhammadiyah Kwala Madu, 22 Mei 2015

                                    Penulis


                        H. Sufriadi Hasan Basri